Kebaikan Prabowo Yang Tertutup Kesialan Dalam Isu Penculikan Aktivis

Kebaikan Prabowo Yang Tertutup Kesialan Dalam Isu Penculikan Aktivis
Siaran Media. Usai Ketua umum Gerindra, Prabowo Subianto, menyatakan maju kembali maju sebagai Capres pada Pilpres 2019 yang akan datang, di media sosial kembali diramaikan oleh isu penculikan aktivis pada 1997-1998.

Sebuah Video yang di unggah di Youtube pada 11 agustus 2018, menggambarkan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun, tengah menceritakan Prabowo Subianto saat aksi penculikan.
“Prabowo itu salah satu yang diperintah, jadi ada beberapa satuan yang diperintah untuk mengantisipasi kelompok2 aktivis pada tahun 1997,” kata Cak Nun dalam video tersebut.
Namun, Cak Nun menyebutkan bahwa Prabowo Subianto mengalami kesialan saat menjalankan perintah tersebut.

“Nah sialnya, Prabowo itu ketika dia menculik tapi tidak dimusnahkan, terus jadi orang hilang itu. Yang diculik oleh pasukannya Prabowo ini dikembalikan ke masyarakat. Makanya sekarang mereka ikut Gerindra. Memang diculik, tapi ora dipateni. ngono loh, iki salahe dee neng kene kui (itu salahnya dia disitu itu). Kudune dipateni ora ono masalah wes, sebagaimana kelompok-kelompok yang lain. Makanya Pius (Pius Lustrilanang), Haryanto Taslam, mereka ikut Gerindra sejak awal, mereka berterima kasih kepada Prabowo ngono loh,” kata Cak Nun.

Kini Haryanto Taslam telah meninggal dunia. Pada usia 60 tahun, beliau meninggal di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2015.

Dilansir dari Wikipedia, Haryanto Taslam biasa di panggil “Hartas” adalah seorang yang dikenal sebagai mantan aktivis era reformasi 1998 dan telah menjadi seorang tokoh politik. Haryanto Taslam adalah salah satu korban penculikan bersama dengan sejumlah aktivis demokrasi pada periode 1996-1998 seperti, Desmond Junaidi Mahesa, Pius Lustrilanang, Faisol Reza, Rahardjo Walujo Djati, Nezar Patria, Aan Rusdianto, Mugianto, Andi Arief.

Sebelum terjun ke dunia politik , ia pernah menjadi seorang pemimpin di Perusahaan Tabloid Detik. Yang kemudian pada tanggal 21 Juni 1994, perusahaan tersebut di Bredel.
Haryanto Taslam juga pernah bergabung dengan partai PDI perjuangan dan menjadi anggota DPR periode 1999-2004 dari PDIP.

Kenangan dan pemikirannya telah tertuang dalam sebuah buku yang berjudul ’40 Hari Digenggam Kekuasaan’. Buku yang diterbitkan oleh Forum Indonesia maju ini  berisi pengalaman pribadi Haryanto Taslam atas penculikannya selama 40 hari tahun 1998. Dan telah diterbitkan pada tahun 2008.

Pada tahun 2009 hubungan Haryanto Taslam dengan Gerindra baru mulai terjalin. Dia berpindah dari PDIP ke Partai Gerindra. Di Partai Gerindra yang didirikan Prabowo Subianto, Haryanto Taslam menjadi anggota yang aktif , maka kemudian diangkat sebagai Direktur Media Center di partai ini. Kemudian sejak tahun 2012, Hartas menjadi Dewan Pembina di Partai Gerindra.

Sedangkan Pius Lustrilanang juga tengah terjun ke politik, dan telah bergabung ke partai Gerindra yang kemudian dikenal sebagai panglima Roemah Djoeang, inkubator politik Gerindra. Begitu juga dengan Desmond yang saat ini menjadi petinggi partai Gerindra.

Kini ketika Jokowi dan Prabowo Subianto kembali bertarung di Pilpres 2019. Isu penculikan tersebut kembali di angkat meskipun hal tersebut sudah dianggap usang dan tidak masuk akal karena seperti yang dikatakan Cak Nun,  orang-orang yang dituduhkan telah culik oleh Prabowo malah ternyata bergabung bersama Prabowo. Lalu apakah masih  pantas kata penculik dan pelanggar ham ditujukkan ke prabowo?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama Yang Diusulkan Ijtima Ulama 2 Bakal Dimasukkan ke Tim Pemenangan Prabowo-Sandi

Yenny Wahid Ajukan Nama Kiai NU Dalam Tim Prabowo-Sandiaga

Prabowo Pakai Baju Adat Jawa